YPAC Bali Jadi Rumah Harapan bagi Anak Berkebutuhan Khusus Sejak 1975, Sudah Luluskan Lebih dari 100 Siswa

15/05/2025 01:07
Array
Anak-anak berkebutuhan khusus sedang diajarkan membuat gelang dan menghias donat, di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), kamis, 15/5/2025. (Foto/Orin)
banner-single

BADUNG-Jurnalbali.com

Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Bali telah menjadi tempat bernaung dan berkembang bagi anak-anak berkebutuhan khusus sejak tahun 1975. Berdiri dari sebuah rumah singgah untuk anak-anak yang memerlukan perawatan medis, kini YPAC telah dibuat menjadi pusat pendidikan, layanan sosial, dan terapi kesehatan dengan lebih dari 100 alumni yang telah lulus dan berkontribusi di masyarakat.

——

Sugi Hartanti, selaku Kepala Sekolah YPAC Bali, menjelaskan bahwa saat ini terdapat 35 siswa aktif dari tingkat SD hingga SMA, serta dua anak usia taman kanak-kanak (TK). Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Bali, Sumba, NTT, Batam, Lampung, hingga Surabaya dan Sidoarjo.

“Kami memberikan tiga layanan utama, yaitu pendidikan, sosial melalui panti asuhan, dan kesehatan melalui terapi,” ujarnya.

Selain pendidikan formal, para siswa juga dibekali keterampilan hidup, seperti IT, kecantikan (make up sederhana, nail gel), boga (memasak), seni tari, vokal, merangkai bunga, hingga bermain alat musik. Beberapa siswa bahkan menorehkan prestasi membanggakan di tingkat nasional.

Salah satunya, Muhammad Bintang Ramadan, ia menjuarai lomba balap kursi roda di Palembang dan Jawa Barat, sementara Anggita memenangkan lomba menyanyi dan Sonia menjadi juara menari tingkat nasional.

YPAC Bali juga rutin mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk kunjungan dari asosiasi hotel seperti ASKON, Akor Group, Ayana, Ascon Putra, hingga kegiatan bersama Rotary dan Grand Hyatt. Mereka memberi pelatihan keterampilan tambahan seperti menghias donat dan membuat gelang, yang disambut antusias oleh para siswa.

“Salah satu hal penting adalah menumbuhkan kepercayaan diri mereka. Meskipun punya keterbatasan, mereka bisa berprestasi dan hidup mandiri,” kata Hartanti.

Sebagian siswa tinggal di asrama dengan kapasitas terbatas 20 orang, namun saat ini menampung hingga 22 siswa. Mereka dibiasakan hidup mandiri dengan mencuci, menyetrika, dan membersihkan kamar sendiri setiap akhir pekan.

Baca Juga :   Ditemukan Dugaan Gudang Pengoplosan Gas Elpiji di Desa Sobangan- Mengwi, Kabarnya Dibekingi Aparat

Hartanti yang sudah mengabdi sejak 1997 dan menjabat kepala sekolah sejak tiga tahun terakhir, menuturkan bahwa YPAC awalnya hanyalah tempat singgah bagi anak-anak yang hendak berobat ke RSUP Sanglah. Namun karena dorongan orang tua yang berharap anak-anak mereka juga mendapat pendidikan, maka sekolah YPAC pun dibentuk.

“Sampai sekarang sudah lebih dari 100 alumni yang lulus dari sini. Beberapa bahkan sudah bekerja di hotel-hotel ternama, dan jadi tulang punggung keluarga,” ucapnya bangga.

Ia berharap ke depannya lebih banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang bisa berkembang dan mandiri lewat pendidikan dan dukungan dari masyarakat. “Mereka ini punya potensi besar, dan YPAC akan terus menjadi jembatan untuk mewujudkan mimpi mereka,” tutupnya.

Penulis||Orin||Editor||Edo

Rekomendasi Anda

banner-single-post2
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Terkini Lainnya