DENPASAR Jurnal Bali.com
Serangkaian perayaan Paskah yang dikenal dengan Pekan Suci, sejak Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci dan Minggu Paskah, Gereja Katedral Denpasar tidak saja menerapkan protokol kesehatan yang super ketat, juga dilakukan penjagaan keamanan yang sangat rapat.
———————-
Dari sisi keamanan, terlihat selama ibadat Pekan Suci, Polda Bali menurunkan rata-rata 10 hingga 20 orang personil keamanan. Mereka tampak berjaga di sekeliling Gereja terbesar di Bali tersebut dengan senjata lengkap. Skema penjagaan ini diakui oleh salah seorang petugas dari Polda Bali adalah untuk mengantisipasi gangguan keamanan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti serangan bom dari kelompok teroris yang kerap beraksi saat umat menjalankan ibadah.
Sementara terkait perayaan Paskah dalam masa pandemi covid-19, Pastor Paroki Katedral Denpasar, Romo Herman Yoseph Babey, Pr mengungkapkan, tidak mau ambil resiko dengan melanggar protokol kesehatan. Karena itu, dalam seluruh rangkaian perayaan Pekan Suci, Gereja Katedral Denpasar menerapkan protokol kesehatan yang ekstra ketat.
Pantauan media ini, penerapan protokol kesehatan di Gereja Katedral pada perayaan Jumat Agung 2 April 2021 memang luar biasa ketat. Selain pengaturan jarak umat yang beribadah, juga pengaturan jumlah umat yang sangat dibatasi. Dari kapasitas tempat duduk yang dalam kondisi normal bisa menampung 2.500 umat, selama perayaan Pekan Suci umat yang boleh memasuki areal gereja hanya 30 persen dari total kapasitas gereja atau pada kisaran 500-700 umat saja. “Kita memang tidak mau ambil resiko. Makanya kalau anjuran pemerintah boleh mengisi 50 persen dari kapasitas Gereja, kami hanya mengisi tempat duduk umat sekitar 30 persen, ” ujar pastor Babey yang ditemui saat perayaan Jumat Agung di Gereja Katedral Denpasar.
Pastor yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar ini mengaku, bahwa rujukan yang digunakan dalam penerapan protokol kesehatan di Gereja Katedral Denpasar antara lain adalah Surat Edaran Mendagri, Surat Edaran Gubernur Bali dan Walikota Denpasar. “Seluruh rangkaian perayaan Pekan Suci tahun ini memang berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu, kita merayakan misa secara daring. Tahun ini kita rayakan tatap muka dengan protokol kesehatan ketat, ” aku romo Babey.
Terkait penerapan Protokol Kesehatan selama perayaan Pekan Suci ini, bahkan Gereja Katedral juga memangkas beberapa item acara misa (liturgi-red). Kamis Putih misalnya, tidak diadakan ritual pembasuhan kaki, Jumat Agung tidak penghormatan Salib (cium salib-red) dan juga tidak diadakan perayaan Ekaristi.
Pengetatan protokol kesehatan ini membuat rarusan umat yang diluar jumlah kapasitas yang telah ditentukan, diminta pulang ke rumah masing-masing oleh petugas keamanan gereja. “Ya kita minta mereka pulang karena gereja sudah ful. Kita minta mereka kembali pada jadwal misa berikutnya, ” ujar salah seorang petugas keamanan Gereja Katedral Denpasar. (*/Bil)