DENPASAR Jurnal Bali.com

Pandangan kritis Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih, SE., M. AP yang menyoroti rencana pembangunan kawasan Pusat kebudayaan Bali (PKB) oleh Pemerintah Provinsi Bali di eks galian C Gunaksa Kabupaten Klungkung, mendapat perlawaanan Ketua LSM Gerakan Solidaritas Sosial (GASOS) Bali, I Wayan  Sudira.

———————–

Ia berpendapat, Gde Sumarjaya Linggih, yang akrab disapa Demer, sudah 4 periode menjadi anggota DPR RI dari Dapil Bali, namun belum pernah membawa hasil konkrit untuk membangun Bali. Padahal setiap Pemilu, politisi Partai Golkar yang akrab disapa Demer ini selalu mendapat suara dari rakyat Bali. “Coba tunjukkan satu saja hasil perjuangannya yang dibawa ke Bali untuk masyarakat Bali. Kenyataannya tidak ada alias kosong. Rugi rakyat Bali memilih anggota Dewan seperti ini. Makanya nanti Pemilu mendatang jangan lagi dipilih orang seperti ini,’ ujar Sudira.

Dalam pernyataannya yang dimuat Baliberkarya.com 30 Maret lalu, Demer mengatakan mengapresiasi gagasan Pemprov Bali terkait rencana pembangunan kawasan Pusat Kebudayaan Bali (PKB) sebagai upaya pemajuan dan penguatan kebudayaan masyarakat Bali. Namun, kata Demer, semua pihak perlu menginterpretasikan kembali soal kebudayaan Bali. Menururtnya, Kebudayaan di Bali ini kebudayaan yang hidup dalam masyarakat Bali dan tersebar di mana-mana di seluruh Bali. Oleh sebab itu, konsep pembangunan kebudayaan Bali itu haruslah menyebar dan merata di seluruh Bali. Tidak terpusat.

Demer pun memiliki kalkulasi penting dalam hitung-hitungan anggaran kalau rencana pembangunan Pusat Kebudayaan itu dilakukan yakni pertama, akan memakan biaya yang katanya sebesar 2,5 Triliyun melalui dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kedua, tentu saja akan menggerus keuangan Daerah sebagai biaya pemeliharaannya. Dikatakan, bahwa kebudayaan masyarakat Bali itu sebagai segala sesuatu yang hidup dan berkembang dalam perilaku kehidupan masyarakat Bali sehari-hari dan justeru inilah yang harus dilestarikan. “Bayangkan kalau dana sebesar 2,5 triliyun katakanlah dibagi menjadi 25 milyar per pusat-pusat kebudayaan Bali sekarang ini, maka terdapat 100 titik pusat-pusat kebudayaan masyarakat Bali yang bisa diperkuat melalui beragam program,” jelas Demer seperti dikutip Baliberkarya.com.

Menurut Sudira, Demer seharusnya berjuang membantu mencarikan program dan anggaran dari pusat dibawa ke Bali, supaya nyata perannya sebagai anggota DPR RI wakil dari Bali, bukan malah mempersoalkan pembangunan yang sedang dijalankan oleh Gubernur Bali Wayan Koster. Sebab, Pembangunan Bali sudah sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana diisi dengan 5 prioritas program, berbasis potensi wilayah yang dilaksanakan secara bertahap.

Pembangunan adat, tradisi, seni,budaya dan kearifan lokal di semua Desa Adat kata Sudira, sudah berjalan sesuai Perda Desa Adat. Diberi anggaran 300 juta untuk masing masing Desa Adat. Total anggaran nencapai 447,9 miliar untuk 1493 Desa Adat se-Bali. Bahkan sudah dan sedang dibangun Kantor Majelis Desa Adat Provinsi dan 9 Kabupaten Kota se Bali yg akan selesai tahun ini.

Pembangunan infrastruktur jalan shortcut ke Buleleng sudah berjalan dan masih berlanjut tahun ini, yang sebelumnya hanya wacana, sekarang sudah diwujudkan. “Pembangunan kawasan Pusat Kebudayaan Bali sangat penting. Tidak saja budaya secara makro dan komprehensif sebagai pusat peradaban Bali, tapi akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Bali, yang akan menghasilkan pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten Klungkung, Gianyar, Bangli, dan Karangasem. Ini akan dikelola secara profesional oleh Perusda,’ pungkas Sudira. */Sin