Komunitas Wajah Wanita Gerabah  Gelar Pameran Terraccota

19/02/2021 11:19
Suasana pembukaan Pameran Terraccota dan Gerabah di Dharmanegara Alaya Kota Denpasar, Jumat, 19Februari 2021.
banner-single

DENPASAR Jurnal Bali.com

Sejak mewabahnya pandemi Covid-19, kerajinan gerabah di Kota Denpasar kian diminati. Hal ini terlihat dari banyaknya penghobi yang memanfaatkan gerabah untuk berbagai keperluan. Karenanya, Pemkot Denpasar bekerjasama dengan Bekraf Kota Denpasar dan Komunitas Wajah Wanita Gerabah  menggelar Pameran Terraccota dan Gerabah se-Bali. Pameran dibuka Ketua Harian Bekraf Kota Denpasar, I Putu Yuliarta dengan Protokol Kesehatan ketat di Dharmanegara Alaya Denpasar, Jumat, 19 Februari 2021.

—————

Hadir dalam kesempatan tersebut tokoh masyarakat Kota Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa, Anggota DPRD Kota Denpasar, Nyoman Gede Sumara Putra yang juga tokoh masyarakat Binoh, Camat Denpasar Utara, I Nyoman Lodra dan Kabid Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekraf, I Wayan Hendaryana.

Baca Juga :   Bandara Ngurah Rai Beroperasi Hanya Sampai Jam 8 Malam, Ini Alasannya

Ketua Harian Bekraf Kota Denpasar, I Putu Yuliarta didampingi Kabid Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekraf, I Wayan Hendaryana mengatakan, mewabahnya pandemi Covid-19 saat ini memberikan dampak positif bagi permintaan gerabah. Hal ini lantaran gerabah saat ini tidak hanya menjadi sebuah karya yang kuno, melainkan karya tradisional yang memiliki nilai artistik yang tinggi.

“Dahulu kita mengenal gerabah sebagai sebuah karya untuk aktifitas yang bersifat tradisi dan itu-itu saja, namun sekarang ide kreatif muncul dengan sajian baru, dimana gerabah menjadi sebuah karya kekinian yang memberikan estetika yang khas,” jelasnya

Hendar mengatakan bahwa tak jarang masyarakat turut memanfaatkan gerabah sebagai media tanam dalam ruangan. Selain itu, bentuknya yang artistik juga dimanfaatkan sebagai wadah untuk memelihara ikan mas koki. “Banyak lah manfaatnya, dan saat ini gerabah mulai menunjukan pasar yang potensial, sehingga melalui Pameran ini diharapkan mampu memberikan dukungan terhadap pengembangan industri kreatif gerabah, khususnya di Kota Denpasar,” terangnya.

Baca Juga :   Ny Putri Koster Ajak Semua Elemen Lestarikan Kain Tenun Endek Bali

Sementara Ketua Panitia, Gegel Gargendra mengatakan, gerabah merupakan salah satu kerajinan tanah liat yang seringkali merupakan bagian dari sejarah dan budaya masyarakat setempat. Aktifitas pembuatan gerabah ini mempunyai jejak sejarah yang cukup panjang, bahkan dipercaya kerajinan tanah sebagai karya seni tertua.

Dikatakan Gelgel bahwa, proses pembuatan gerabah memerlukan waktu yang cukup panjang. Dari proses pemilihan dan pengambilan bahan, pengolahan, pembentukan, penjemuran, pembakaran dan finishing dengan bahan dasar tanah liat.  “Proses yang cukup panjang ini, memerlukan ketekunan, ketelitian dan kemahiran dalam setiap tahap proses pengerjaannya,” jelasnya.

Baca Juga :   Bertandang ke Kebunku Bali Woso Upadesa Ini kata Ny Putri Koster

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengambilan tema “Pertiwi” dalam pameran kali ini tidaklah terlepas dari proses pembuatan gerabah. Kata Pertiwi yang diambil sebagai tema, diinspirasi dari salah satu unsur Panca Maha Bhuta, yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu dan Akasa. Panca Maha Bhuta ini dikenal sebagai lima unsur utama yang menyusun alam semesta ini.

“Dari kelima unsur penyusun alam semesta itu, unsur Pertiwi memiliki kompleksitas yang lebih tinggi dari 4 unsur lainnya. Di dalam pertiwi, terkandung unsur Apah (zat cair), Teja (unsur api), Bayu (unsur angin) dan akasa (unsur kekosongan),” ujarnya. 

Baca Juga :   Purna Tugas, “Dharma-Negara” Serahkan Memori Jabatan

“Seperti proses pembuatan gerabah yang memerlukan proses yang sangat kompleks, yaitu dari penggunaan unsur air (pengolahan tanah menggunakan air), penggunaan unsur angin (proses pengeringan setelah dibentuk), penggunaan unsur api (proses pembakaran) dan unsur kekosongan (ruang untuk menempatkan gerabah itu sesuai dengan fungsinya),” imbuhnya.

Adapun kegiatan ini dikemas dalam beberapa segmen utama. Yakni Exibition, Workshop, Live Painting, serta Food and Music.  Pihaknya berharap  dari pameran ini, selain memperkenalkan kembali Gerabah style Binoh, kami berharap dengan pameran gerabah yang bertema “Pertiwi” ini, kami mengajak semua audiens untuk berefleksi kembali, di tengah suasana pendemi yang kami istilahkan sebagai “Gerubug Agung”.

“Sesungguhnya kita sedang diajarkan oleh Bumi untuk merenung, darimana kita datang dan kemana kita akan kembali itu adalah kembali ke tempat kita berpijak, yakni bumi yang kita kenal sebagai Ibu Pertiwi,” pungkasnya. */Bil

Rekomendasi Anda

banner-single-post2
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Terkini Lainnya