Sinergi Kembali, Polda Bali dan SMSI Bali Gelar Diskusi Temu Netizen

14/09/2022 03:49
Array
Kabid Humas Polda Bali Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto bersama seluruh Kasi Humas Polres se-Polda Bali foto bersama usai acara pembukaan. (FOTO/Bil)
banner-single

DENPASAR, jurnalbali.com –

Kehumasan Polda Bali untuk kedua kalinya menggandeng Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bali menggelar literasi media. Kali ini mempertemukan awak media mainstream dengan para pegiat media sosial atau Netizen. Sebelumnya yakni pada tahun 2020 silam, Polda Bali mengerahkan seluruh Humas masing-masing Polres se-Bali menggelar kegiatan serupa.

————–

Kegiatan yang diselenggarakan tahun 2022 ini adalah dalam rangka memberikan suasana kondusif untuk menunjang rangkaian Presidensi dan menyambut G20 Summit pada November 2022 mendatang.

Dalam kegiatan itu Humas Polda Bali mengundang 31 wartawan yang berasal dari media arus utama yang berbasis di Bali maupun nasional. Sedangkan warganet yang diundang sebanyak 30 orang yang merupakan pegiat media sosial.

Kabid Humas Polda Bali Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto mengatakan, pertemuan itu sekaligus menjalin tali silaturahmi antara wartawan, pegiat medsos dan tim Kehumasan Polda Bali.

“Kita berharap pelaksanaannya bisa berjalan dengan baik, sampai nanti di acara KTT G20 bulan November,” kata Stefanus Satake Bayu Setianto, Rabu, 14 September 2022.

Dalam kegiatan itu, Tim instruktur dari Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bali, langsung dipimpin Ketuanya, Emanuel Dewata Oja (Edo) yang sekaligus menjadi narasumber utama.

Emanuel Dewata Oja yang sehari-harinya akrab disapa Edo membawakan materi dengan judul ‘Media Mainstream Era Digital’. Dalam paparannya selama lebih kurang 1 jam, direktur pemberitaan Poskota Bali ini berbagi ilmu dengan para awak media cetak maupun online serta para pegiat media social alias netizen.

Menurut dia, media dengan platform digital atau lebih dikenal media online berbeda dengan media sosial. Meskipun, dalam penelitian Universitas Prof. Dr. Moestopo bersama Dewan Pers tahun 2021 menunjukkan, media online berada di peringkat keempat atau sebesar 10,91 persen jumlah orang yang mengakses.

Baca Juga :   Terkait Keikutsertaan Israel Dalam Sepak Bola Piala Dunia U-20, Golkar Bali Minta Gubernur Koster Ikuti Keputusan Pemerintah Pusat

Namun, posisi media online masih tetap jauh lebih tinggi dibandingkan media konvensional surat kabar cetak yang berada di peringkat ke-9, radio di peringkat ke-11 dan surat kabar mingguan di peringkat terakhir atau peringkat 12.

“Peringkat pertama YouTube 13,79 persen, Whatsapp 13,75 persen, dan peringkat tiga Instagram 12,63 persen,” kata Edo.

Edo juga menekankan, dalam menjalankan tugas jurnalistik, wartawan dilindungi oleh UU No 40 Tahun 1999 tentang pers maupun Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Wartawan juga harus mendapatkan kompetensi melalui Uji Kompetensi Jurnalistik (UKW) yang dilakukan secara berjenjang mulai jenjang muda, madya dan utama.

“Sedangkan media sosial, tidak perlu kompeten. Sementara, pers sebelum karyanya dipublikasikan harus melalui banyak tahapan mulai dari mencari narasumber, menulis berita, editing, maka baru bisa tayang di media,” kata Edo.

Hal yang sama juga berlaku untuk legalitas atau badan hukum yang memayungi media pers. Edo menyebutkan, sesuai UU Pers badan hukum yang berlalu untuk pers adalah Perseroan Terbatas (PT), Yayasan, dan Koperasi.

“Kalau untuk mengetahui media online legal atau tidak, silakan cek di boks redaksi. Media harus mencantumkan badan hukum, alamat kantor, dan susunan redaksi,” jelasnya.

Ia menambahkan, sejumlah persyaratan dan regulasi pers itu tidak ditemukan di media sosial.

“Di media sosial, jika terjadi persoalan hukum yang bertanggungjawab tetap pribadi atau pemilik akun, pengelola atau admin. Karena medsos tidak payung hukum yang melindungi,” kata Edo. (*/W-49)

Rekomendasi Anda

banner-single-post2
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Terkini Lainnya