DENPASAR – Jurnalbali.com-
Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali, Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum., menyampaikan dalam kepemimpinan Koster jika dilihat dari kebijakan yang dihasilkan tergambar jelas keberpihakannya kepada tradisi dan kebudayaan Bali. Kebijakan-kebijakan itu senada dengan spirit Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI). Yaitu tentang perlindungan alam, manusia dan budaya Bali. Salah satu kebijakannya terkait dengan penyelenggaraan bulan bahasa Bali, di UPMI telah ada prodi bahasa Bali. Hal itu disampaikan olehnya seusai kuliah umum Wayan Koster dengan tema yang bertajuk “Gen Z Penerus Masa depan Bali”. Bertempat di kampus UPMI pada, 31 Mei 2024.
————-
Disebutkannya seperti Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
Kemudian Peraturan Gubernur Bali Nomor 19 Tahun 2019 tentang Bulan Bung Karno. Katanya semua itu dilaksanakan dengan baik di lingkungan kampus.
“Bulan Bung karno itu kami rutin melakukan upacara. Besok kami upacara. Bulan Bahasa Bali juga. Jadi semua kami adopsi dari program kerja. Program kerja pemerintah Bali zamannya Pak Koster. Oleh karena itu, kami tidak ada masalah melaksanakan itu. Kebetulan juga itu senada dengan spirit kampus kami,” ujarnya.
Dia menjelaskan sebagai kampus yang fokusnya pada pendidikan karakter, UPMI memiliki tanggungjawab untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkarakter.
Salah satu yang menjadi fokus dari pada UPMI adalah menjaga bahasa Bali agar tetap lestari. Karena itu pihaknya tetap mempertahankan Prodi bahasa Bali di UPMI meskipun peminatnya sedikit.
Bahasa Bali menurut Suarta adalah akar dari budaya Bali. Dengan demikian peraturan penggunaan bahasa Bali dan perlindungan aksara Bali merupakan tameng budaya Bali.
“Kami punya komitmen karena bahasa Bali adalah akar dari budaya Bali karena itu kami pesankan supaya jadi perhatian. Kami masih punya Prodi bahasa Bali sekalipun Mahasiswanya sedikit,” kata Suarta.
Ia mengakui bahwa dalam kepemimpinan Koster sangat konsen dengan hal yang bersifat tradisi. Perhatiannya kepada bahasa Bali dan seni-seni tradisi digali semaunya. Itu sebetulnya bagian dari memperkuat pariwisata budaya yang berbasis agama Hindu.
Ia juga menilai Koster adalah pemimpin yang memiliki ide dan teguh terhadap ide yang telah dicanangkan, pantang mundur untuk mewujudkan ide-idenya.
“Pak Koster ini kan orang yang kaya ide. Beliau tidak pernah mundur jika Ide dan konsepnya sudah di canangkan. Lalu sudah diinformasikan apa pun dia tahan banting dan tidak mundur. Jadi beraninya yang luar biasa dalam menjalankan apa yang telah menjadi konsep-konsep yang luhur itu. Makanya saya bilang program yang luhur ide-ide yang baik biasanya akan mendapat dukungan sekala dan niskala,” tutupnya.
Penulis||Roland||Editor||Restin