Disebut Defisit Anggaran 1,9 Triliun, Gubernur Bali Beri Klarifikasi, ‘Itu Salah Yang Bikin Aljabarnya’

19/07/2023 12:48
Array
Gubernur Bali, Wayan Koster (kiri) menyerahkan dokumen tiga Ranperda kepada Ketua DPRD Bali, Adi Wiryatama dalam Rapat Paripurna DPRD Bali ke-28, pada Senin 17 Juli 2023. (FOTO/Chinly/Mas)
banner-single

DENPASAR,Jurnalbali.com – 

Menanggapi liarnya pemberitaan terkait APBD pemerintah Provinsi Bali yang mengalami defisit senilai 1,9 triliun di pertengahan 2023, dan adanya pandangan fraksi DPRD Bali terkait hal tersebut, Gubernur Bali Wayan Koster buka suara dan memberi klarifikasi melalui Rapat Paripurna DPRD ke-28, Senin 17 Juli 2023.

———–

Di hadapan para anggota dewan, Gubernur Bali Wayan Koster  menyampaikan mengenai postur APBD Bali. Ia memastikan tidak akan mengalami defesit Anggran. “Saya pastikan tidak ada defisit. No, i’m sorry. Tidak sebodoh itulah saya ini,” kata koster.

Koster menjelaskan APBD Bali pada Tahun 2023, berisi target pendapatan daerah sebesar Rp 6,9 Triliun, terdiri dan bersumber dari pendapatan asli daerah Rp 4,7 triliun dana transfer dari pusat 2,1 triliun. Belanja daerah ditetapkan Rp 7,9 triliun atau tepatnya Rp 7,88 triliun ada belanja operasi Rp 4,5 triliun, belanja modal Rp 1,4 triliun, belanja transfer ke Kabupaten Kota Rp 1,9 triliun dan yang lain-lain.

Dari struktur pendapatan daerah Rp 6,9 triliun dan belanja daerah Rp 7,9 triliun terdapat perencanaan defisit Rp 1,0 triliun ini untuk menyusun agar neracanya seimbang. Sementara itu perkiraan realisasinya pendapatan asli daerah targetnya Rp 4,7 triliun sampai tanggal 14 Juli realisasinya sudah mencapai Rp 2,388 triliun atau sekitar Rp 2,4 triliun atau jika dipersenkan sudah lebih dari 50 persen.

“Pendapatan yang terbesar adalah dari pajak kendaraan bermotor yang realisasinya sudah mencapai 57 persen, dan beabalik nama kendaraan bermotor untuk kendaraan yang baru itu mencapai 96 persen. Ini menunjukan perekonomian Bali sudah pulih karena makin banyak orang beli mobil,” imbuhnya.

Sementara pendapatan harian dari Bulan Januari-Juni itu perhari Rp 14,5 Miliar kemudian naik pada Bulan Juli menjadi Rp 16 Miliar perhari. Kalau dihitung sampai 14 Juli kita masih punya waktu Agustus-Desember 5 bulan dikali 30 hari rata-rata 150 hari ditambah 16 hari bulan Juli jadi 166 hari. Selama 166 hari jika asumsinya mengalami stagnan pendapatnya perhari Rp 16 Miliar dikatakan Koster akan berpotensi mendapatkan Rp 2,6 triliun. Perhari ini Bali sudah mendapatkan hampir Rp 2,4 triliun ditambah Rp 2,6 ttiliun itu berpotensi mencapai Rp 5 triliun artinya melebihi target dari Rp 4,7 triliun. Ini baru bersumber dari PKB dan BBNKB belum bersumber dari yang lain.

Baca Juga :   Prajuru dan Krama Bugbug Ngelurug ke DPRD Bali

“Jangankan sekarang Pandemi Covid-19 2020, 2021, 2022 selalu realisasinya 100 persen dari APBN apalagi sekarang ekonominya makin membaik jadi Rp 2,1 triliun pasti teralisasi. Kalau Rp 4,7 teralisasi karena situasi membaik kalau dihitung stagnan saja dari Juli sampai Desember Rp 16 Miliar sehari kita sudah melebihi Rp 4,7 triliun dan saya pstikan tidak akan stagnan karena tren nya naik dari Juli-Desember,” paparnya.

Koster mengaku telah menyiapkan kemungkinan terburuk jika angkanya stagnan di Rp 16 miliar perhari lalu kalikan 166 hari menjadi Rp 2,6 triliun. Jadi total pendapatan Bali itu perkiraannya antara Rp 4,6-4,7 triliun terburuk pendapatan asli daerah dan dari APBN Rp 2,1 triliun sehingga total minimum Rp 6,7-6,8 triliun. Sedangkan jika bersumber dari pendapatannya PKB dan BBNKB, Koster sudah hitung dengan detail potensinya adalah melebihi target dari Rp 4,7 triliun.

“Namun kita hitung yang buruknya dulu kira-kira dapat Rp 4,6-4,7 triliun belanja yang besarnya Rp 7,9 triliun kita tidak pernah realisasikan belanja 100 persen ada yang tidak terpenuhi, ada juga yang situasi lapangannya tidak memungkinkan,” tandasnya.

Secara empiris realisasi belanja Bali perkiraannya 90-95 persen tertinggi 95 persen lalu dikalikan Rp 7,9 triliun. Jika realisasi 90 persen berarti itu sekitar Rp 7,1 triliun menurun dari rencana Rp 7,9 triliun atau kalau mau diambil tertinggi 95 persen realisasinya Rp 7,5 triliun.

“Bandingkan sekarang pendapatan Rp 6,8 triliun dan realisasi belanja riil Rp 7,5 triliun, artinya defisit itu minimum Rp 300-700 miliar jadi bukan lagi 1 triliun apalagi 1,9 triliun.  Jadi defisit 1,9 triliun itu salah aljabar yang bikin aljabarnya tidak lengkap kalau defisit 300-700 miliar saya punya skema untuk menyelesaikan,” kata dia.

Baca Juga :   Proses Seleksi Komisioner KPID Bali Ricuh, Masyarakat Mengadu ke Ombudsman

Terkait defisit sebesar Rp300 miliar hingga Rp700 miliar, Koster juga memiliki skema untuk menutup defisit, di antaranya pendapatan dari Rumah Sakit Bali Mandara dan Rumah Sakit Mata Bali Mandara.

Kemudian bisa mengefisienkan anggaran yang non-prioritas bisa dikurangi sekitar Rp200 miliar. Selain itu, Koster mengatakan Bali saat ini memiliki potensi penambahan pendapatan yang saat ini sedang berproses terkait penggunaan lahan di Nusa Dua yang akan disewa hingga 16 tahun ke depan dengan angka Rp51 miliar per tahun yang akan dibayar lunas di depan.

Selanjutnya juga ada kerja sama dengan pihak ketiga untuk zona komersial pada Pusat Kebudayaan Bali. “Jadi, pada bulan Desember pasti klop. Saya pastikan klop,” ucap Koster.

Penulis||Chinly||Editor||Edo

Rekomendasi Anda

banner-single-post2
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Terkini Lainnya